Press Release / 17 Oct 2010
Purwakarta – PT Sarana MultiGriya Finansial (SMF) menargetkan penyaluran dana melalui Kredit Pemilikan Rumah (KPR) perbankan dapat mencapai Rp4,5-5 triliun pada tahun 2011 mendatang. Angka itu lebih besar dibandingkan dengan target penyaluran KPR pada tahun 2010 ini yang sebesar Rp3,35 triliun.
Diraktur PT. Sarana MultiGriya Financial Sutomo mengatakan, rencananya tahun depan pemerintah bakal mengucurkan dana Rp1 triliun untuk pengembangan ekuitas SMF, sehingga mampu memperbanyak pemberian pinjaman kepada sejumlah KPR perbankan.
‘ kemungkinan pemerintah akan menambah modal penyertaan sebesar Rp1 triliun lagi untuk SMF. Untuk memberikan likuiditas kepada KPR perbankan, SMF kan juga butuh equity untuk menerbitkan obligasi. Agar bunga obligasi ini rendah, maka SMF harus meningkatkan rating yang ditentukan rating agency yang tentunya memiliki sejumlah kriteria aset di dalamnya,” jelas Sutomo, di Purwakarta.
Memang, masalah klise yang sering disebut adalah masih rendahnya tingkat KPR negeri ini tak lain karena masih tingginya suku bunga KPR di Indonesia, yakni antara 11-14 persen dan bahkan bisa naik tiap tahunnya. Tingginya suku bunga KPR tersebut juga disinyalir karena perbankan masih menggunakan sumber dana pihak ketiga (DPK) seperti tabungan, deposito, giro sebagai sumber pembiayaan KPR.
Guna menekan bunga KPR tersebut, lanjut Sutomo, maka pemerintah melalui BUMN pembiayaan sekunder yang menyalurkan dana ke KPR yaitu PT Sarana Multigriya Finansial (SMF), menerbitkan obligasi yang seluruh perolehan dananya untuk pembiayaan KPR perbankan.
Hingga saat ini SMF telah menerbitkan dua obligasi yakni Obligasi SMF I pada 10 Juli 2009 dan Obligasi SMF II pada 29 Desember 2009, serta Efek Beragun Aset (EBA) KPR-BTN I dan EBA KPR BTN II.
Semakin rendah bunga obligasi, maka menurutnya semakin murah pula bunga yang akan dikenakan kepada bank KPR. Dengan demikian, lanjutnya, bunga KPR kepada konsumen pun diharapkan menjadi lebih murah. Tapi menurut Sutomo, kegiatan SMF yang menyediakan dana bagi KPR perbankan ini hanya sampai 2018. Selanjutnya, perseroan tidak lagi memberikan pinjaman likuiditas kepada KPR perbankan, melainkan melalui sekuritisasi hak tagih KPR.
“Sesuai peraturan sesudah 2018 kami tidak salurkan likuiditas lagi, tapi diharapkan KPR perbankan sudah siap dengan sekuritisasi,” ungkapnya.
Dengan demikian, ke depannya diharapkan perseroan akan lebih berperan sebagai penjamin transaksi, bukan lagi fasilitator transaksi penyedia likuiditas.
Naik hingga 5 T Peningkatan jumlah penyaluran KPR itu tidak lain karena pada tahun depan pemerintah bakal mengucurkan dana Rp1 triliun untuk pengembangan ekuitas perseroan, sehingga mampu memperbanyak pemberian pinjaman kepada sejumlah KPR perbankan.
“Dengan adanya tambahan Rp1 triliun dari pemerintah juga diharapkan dana yang tersalurkan kepada KPR perbankan pada tahun depan meningkat menjadi Rp4,5-5 triliun dari target tahun ini yang sebesar Rp3,35 triliun,” ujar Head of Finance & Accounting SMF Tony Wicaksono Sabtu (16/10).
Berdasarkan data hingga semester I pada 2010, dana yang telah disalurkan SMF sudah mencapai Rp2,35 triliun kepada 82.043 KPR. Sementara itu proyeksi hingga 31 Desember mendatang sebesar Rp3,35 triliun kepada 110.000 KPR. Hingga September 2010, SMF telah berhasil mencatatkan laba bersih setelah pajak sebesar Rp56 miliar, atau meningkat dibandingkan bulan Juni yang hanya sebesar Rp38 miliar.
Sekadar informasi, pemerintah meresmikan PT SMF ini sejak 22 Juli 2005 dengan modal awal penyertaan negara sebesar Rp4 triliun. Adapun perseroan di bawah kelolaan Kementerian Keuangan, khususnya Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan (Bapepam-LK).
Pemerintah menugasi perseroan untuk mengupayakan tercapainya azas keterjangkauan bagi setiap masyarakat untuk memiliki rumah. (Lheea)