4th Asia Fixed Income Summit (AFIS) 2017: Pertegas Peran Penting Pembiayaan Sekunder Demi Memperkuat Pasar Modal Asia

Press Release / 07 Sep 2017

Nusa Dua, Bali 7 September 2017 – PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF dipercaya menjadi host dari Asia Fixed Income Summit (AFIS) ke-4, yang digelar pada tanggal 7 September 2017 di Nusa Dua, Bali. Pertemuan ini dihadiri oleh sekitar 200 orang dari dalam dan luar negeri.

Hadir dalam pertemuan ini delegasi dari anggota Asian Secondary Mortgage Market Association (ASMMA) yaitu Jepang, Korea, Malaysia, Thailand, Filipina, Mongolia, dan Indonesia. Peserta yang hadir terdiri dari stakeholders dan regulator di pasar modal, yaitu Otoritas Jasa Keuangan, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; serta investor seperti dana pensiun, perusahaan asuransi, dan perusahaan asset management.

Summit ini dibuka oleh Direktur Utama SMF, Ananta Wiyogo. Hadir sebagai pembicara kunci adalah Wakil Menteri Keuangan Republik Indonesia, Mardiasmo; Direktur Jenderal Pembiayaan Perumahan Kementerian PUPR, Lana Winayanti; Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK, Nurhaida.

Direktur Utama SMF, Ananta Wiyogo menyampaikan bahwa tujuan dari Summit ini antara lain untuk mempersiapkan negara-negara di kawasan Asia untuk menjadi target investasi bagi investor pasar fixed income. Selain itu, Summit ini dapat menjadi sarana bertukar info dan pikiran terkait isu-isu terkini dalam perekonomian global, Asia dan di pasar fixed income di Asia.

Ananta Wiyogo menambahkan bahwa yang tak kalah penting adalah bagaimana kita dapat bersama-sama memperkuat peran Perusahaan Pembiayaan Sekunder Perumahan dalam menghubungkan negara-negara kawasan Asia melalui kegiatan pembiayaan dan pendanaan di pasar modal.

Tema yang diusung dalam AFIS kali ini adalah “Asia, Investment Destination”, untuk menegaskan bahwa pasar modal Asia telah berkembang dengan pesat, banyak produk investasi yang dapat dimanfaatkan oleh investor. Khusus Indonesia, disematkannya rating investment grade kepada Indonesia tentunya akan meningkatkan kepercayaan investor untuk berinvestasi di Indonesia.

“Perlu dicatat juga bahwa secondary mortgage market pada dasarnya adalah bagian dari fixed income market. Dalam lima tahun terakhir pasar fixed income di negara-negara asia rata-rata tumbuh dan berkembang dengan yield yang tipis. Sementara pasar fixed income Indonesia masih tumbuh dengan yield yang lebih tinggi sehingga tentunya akan lebih menarik bagi investor. Disamping itu, potensi pembiayaan perumahan di Indonesia juga masih sangat besar untuk diterbitkannya EBA KPR (Efek Beragun Aset Kredit Pemilkan Rumah). Sehingga diharapkan investor tertarik berinvestasi pada efek yang diterbitkan oleh PT. SMF baik berupa Surat Utang Korporasi maupun EBA-SP,” tambah Ananta.

Dalam diskusi panel ini, SMF menghadirkan para pembicara yang ahli dalam bidangnya untuk memberikan informasi prospek investasi di Asia khususnya Indonesia.

Wakil Menteri Keuangan, Mardiasmo dalam sambutan kuncinya mengatakan bahwa SMF diidirikan oleh Pemerintah untuk memfasilitasi sumber dana jangka panjang, untuk mendukung pertumbuhan KPR untuk masyarakat berpenghasilan menengah bawah. Untuk melaksanakan mandat yang diberikan SMF  sebagai ; sebagai penyedia likuiditas kepada penyalur KPR melalui penerbitan obligasi, serta sebagai penerbit dari transaksi sekuritisasi.

Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa sebagai penerbit EBA-SP, SMF mengalirkan dana dari pasar modal ke pasar pembiayaan perumahan. Wakil Menteri Keuangan menyampaikan bahwa seiring dengan berkembangnya pasar perumahan, kemampuan dari pelaku pasar untuk mendukung pembiayaan perumahan di Indonesia menjadi penting, sehingga perbankan diminta untuk dapat membantu proses sekuritisasi KPR secara berkesinambungan baik melalui penyaluran KPR dengan suku bunga yang lebih stabil, peningkatan kemampuan dalam menyalurkan KPR baru, serta membuka akses yang lebih luas kepada pembiayaan perumahan untuk seluruh keluarga Indonesia.

Sementara itu Dirjen Pembiayaan Perumahan Kementerian PUPR, Lana Winayanti, dalam sambutannya mengatakan bahwa  dalam berbagai kisah sukses dari Efek Beragun Aset Kredit Pemilikan Rumah (EBA KPR) di banyak negara, semua melibatkan pentingnya dukungan Pemerintah. Kami berharap Pemerintah dan para Pembuat Kebijakan dapat memberikan dukungan lebih terkait landasan hukum  dan kebijakan.

SMF merupakan BUMN yang didirikan pada tahun 2005 di bawah Kementerian Keuangan yang mengemban tugas membangun dan mengembangkan Pasar Pembiayaan Sekunder Perumahan melalui sekuritisasi dan pembiayaan. SMF  memilki kontribusi penting dalam menyediakan dana menengah panjang bagi pembiayaan perumahan melalui kegiatan sekuritisasi dan pembiayaan. Dengan demikian, diharapkan penyaluran KPR dapat meningkatkan volume penerbitan KPR, terutama untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).

Melalui kegiatan sekuritisasi dan pembiayaan, sejak awal berdirinya, SMF telah mengalirkan dana dari pasar modal ke Penyalur KPR sampai dengan 30 Juni 2017 kumulatif mencapai Rp32,64 triliun, terdiri dari sekuritisasi sebesar Rp8,155 triliun dan penyaluran pinjaman sebesar Rp24,488 triliun, dimana dana yang telah dialirkan tersebut telah membiayai 672.109 debitur dari Aceh sampai Papua.

SMF telah melakukan 11 kali sekuritisasi dengan nilai Rp8.1 triliun, dan penerbitan surat utang sebanyak 28 kali dengan total Rp18.2 triliun.

Di tahun 2017 ini SMF tengah fokus untuk memperluar kerjasama dengan penyalur KPR baik bank umum, bank daerah, maupun perusahaan pembiayaan di seluruh Indonesia. Untuk pembiayaan KPR, hingga saat ini SMF telah bekerjasama 1 Bank Umum, 6 Bank Syariah, 11

BPD dan 3 Multifinance. Sedangkan untuk penerbitan sekuritisasi SMF telah menjalin kerjasama dengan 2 Bank Umum.

Untuk mendorong penyaluran KPR di daerah, SMF juga telah melakukan berbagai upaya untuk mendukung peningkatan kapasitas penyaluran KPR, baik melalui pelatihan yang telah dilakukan secara eksklusif dan kolektif di seluruh BPD di Indonesia, serta penyusunan Standard Operating Procedure (SOP) KPR BPD SMF, dan SOP Kredit Modal Kerja – Konstruksi Perumahan SMF (KMK – KP  SMF), yang bekerjasama dengan Kementerian PUPR dan Asosiasi Bank Daerah (Asbanda).