Dapat Perluasan Mandat, SMF Ikut Biayai Pembangunan Perumahan

Press Release / 08 Sep 2020

pembangunan perumahan.

Direktur Utama SMF Ananta Wiyogo mengatakan, perluasan mandat yang ditugaskan kepada perseroan menjadi salah satu upaya pemerintah dalam program pemulihan ekonomi nasional (PEN) atas dampak pandemi Covid-19. Sebagai perusahaan pembiayaan sekunder perumahan, pembiayaan pembangunan perumahan tersebut akan disalurkan melalui penyalur KPR, sehingga SMF tetap pada khittahnya untuk menyalurkan pembiayaan sekunder.

Perluasan mandat ini sekaligus juga merupakan bagian dari perluasan lini bisnis SMF setelah sebelumnya SMF juga melakukan penyaluran pembiayaan refinancing untuk kredit pemilikan rumah (KPR).

“Mandat ini harapannya bisa segera terealisasi, sehingga bisa menambah ketersediaan likuiditas untuk membangun rumah-rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Jadi kini kita turut membantu supply side,” kata Ananta pada kegiatan SMF Company Visit ke BeritaSatu Media Holdings (BSMH) secara virtual, Senin (28/8).

Ananta menerangkan, SMF memiliki peran tersendiri dalam program PEN yang diusung pemerintah. Dalam hal ini, perseroan tetap menjadi special mission vehicle (SMV) pemerintah namun dengan cakupan yang lebih luas. Yakni turut membantu badan usaha milik negara (BUMN) yang memerlukan bantuan terkait keuangan atau asistensi agar bisa bangkit dari krisis pandemi.

Meski demikian, Ananta belum berkenan untuk menyebut pihak-pihak yang nantinya terlibat dalam kerjasama. Namun, kerjasama dipastikanakan berlangsung dalam waktu dekat dan akan diumumkan pada saatnya, serta secepatnya bisa direalisasikan pada tahun ini.

Ananta menerangkan, dalam rangka perluasan mandat tersebut pihaknya telah melakukan pembahasan dengan sejumlah pihak seperti Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan kementerian terkait lainnya. Saat ini, realisasi dari pelaksanaan mandat tersebut masih menunggu peraturan terkait hal tersebut terbit.

Ia menambahkan, komitmen pemerintah dalam mendukung pembiayaan perumahan sangat tinggi. Di antaranya adalah sokongan PMN sebesar Rp 1,75 triliun yang diperuntukan bagi pembiayaan perumahan masyarakat berpenghasilan rendah.

“Itu akan terealisasi pada bulan Agustus ini. Dana itu akan didedikasikan bagi perumahan program pemerintah KPR FLPP,” kata Ananta.

Peluang Bisnis
Selain peluang baru yang akan dilaksanakan SMF dari perluasan mandat, perseroan juga meyakini bisnis utama sebelumnya masih memiliki peluang yang besar. Ananta memaparkan, pihaknya masih konsisten menyalurkan pembiayaan kepada bank penyalur KPR FLPP.

Meski sempat khawatir karena adanya pandemi, dia menyatakan, permintaan pembiayaan KPR FLPP masih tetap kencang. Setidaknya 76.000 unit rumah kini telah terjual dari total kuota sebanyak 101.200 unit rumah, hasil dari kolaborasi pembiayaan dengan BLU PPDPP.

“Saya yakin tahun ini KPR FLPP terserap habis. Jadi pengaruh pandemi ada tapi demand khusus program KPR FLPP tetap kencang,” imbuh Ananta.

Lebih lanjut, dia mengungkapkan, pihaknya juga konsisten memberikan refinancing pembiayaan KPR komersial. Dalam hal ini, KPR dengan segmen menengah kebawah atau dengan ticket size dibawah Rp 750 juta per unit. Untuk itu, Pembiayaan yang telah perseroan salurkan tahun ini telah mencapai angka Rp 5 triliun, Dimana sebesar 50% pembiayaan tersebut dicatatkan oleh segmen syariah.

“Kalau kita lihat sih terus terang, syariah ini berkembang dan sangat potensial. Unit usaha syariah (UUS) kita sudah ada sejak pertengahan 2018, masih baru. Tapi antusiasme pembiayaan syariah ini cukup tinggi. Kegiatan syariah itu dibiayai oleh penerbitan surat hutang berbentuk sukuk, yang didalam penerbitannya sukuk tersebut disambut baik oleh para investor,” ujar Ananta.

Ananta mengatakan, peluang bisnis di segmen syariah cukup bagus dan berpotensi untuk terus berkembang. Hal tersebut salah satunya juga tercermin saat penerbitan sukuk SMF pada dua bulan lalu, yang permintaannya sempat oversubscribed.

Peluang bisnis berikutnya, lanjutnya, terkait dengan tantangan dari pemerintah untuk melayani segmen MBR sektor informal (berpenghasilan tidak tetap). Peluang tersebut kini secara bertahap sedang dijajaki perseroan dengan menggandeng sejumlah komunitas seperti pengemudi taksi online.

“Karena segmen terbesar yang belum memiliki rumah adalah masyarakat berpenghasilan tidak tetap. Segmen itu yang harus kita benar-benar bantu untuk bisa memiliki rumah,” tutur Ananta.

Liabilitas Terjaga
Sementara itu, Ananta menilai, hal yang paling penting untuk perseroan saat situasi tidak menentu adalah tetap menjaga liabilitas dan arus kas. Dengan begitu, segala kewajiban perseroan di masa mendatang tidak terganggu seiring dengan berbagai proyeksi bisnis yang kini direncanakan.

“Bulan lalu kita sudah membayar kewajiban surat utang yang jatuh tempo sebesar Rp 700 miliar. Kemudian ada lagi kewajiban pembayaran di bulan Oktober dan November. Kami sudah menyiapkan pelunasan kewajiban yang akan jatuh tempo tersebut. Sampai akhir tahun ini Insya Allah likuiditas tetap terjaga ,” tegas dia.

Hal tersebut, ungkap Ananta, turut didukung pihak-pihak penerima pembiayaan dari SMF yang masih mampu memenuhi kewajibannya.

Ananta pun menyampaikan, sejatinya kinerja SMF sampai semester I-2020 relatif terjaga, meski harus diakui bahwa perseroan ikut terdampak pandemi Covid-19. Oleh karena itu, pihaknya akan lebih realistis menatap target di masa mendatang. Dia menilai ke depan bisnis lebih menantang dan situasi bisnis telah berubah, sebut dia.

Sebelumnya, Ananta sempat memaparkan, SMF mencatatkan laba bersih sampai semester I-2020 mencapai Rp 242,53 miliar, tumbuh sebesar 0,62% dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 241,03 miliar.

Pencapaian laba bersih tersebut utamanya didorong dari pendapatan sebesar Rp 1,12 triliun. Sedangkan beban, pajak, dan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) tercatat sebesar Rp 873 miliar.

Total aset SMF sampai dengan semester I-2020 sebesar Rp 29,32 triliun, naik 39,57% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 21,00 triliun. Liabilitas perseroan tercatat sebesar Rp 19,85 triliun atau meningkat 56,22% secara year on year (yoy). Ekuitas perseroan dibukukan sebesar Rp 9,47 triliun atau tumbuh 14,09% (yoy).

Pada periode yang sama, perseroan masih belum melakukan proses sekuritisasi, sedangkan target berdasarkan rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) tahun 2020 mencapai Rp 3 triliun.

Kemudian, perseroan baru menyalurkan pinjaman sebesar Rp 5,5 triliun terdiri dari 4,3 T penyaluran komersial dan Rp 1,1 T untuk penyaluran FLPP. Selanjutnya, sampai paruh pertama tahun ini SMF telah menerbitkan surat utang mencapai Rp 4,001 triliun atau sebesar 43,97% dari target di awal tahun ini sebesar Rp 9,1 triliun.

“Untuk itu, kami terus berupaya agar target–target perseroan tetap bisa tercapai pada akhir tahun 2020,” tutup Ananta.

Sumber  :  BeritaSatu.com

Jumat, 4 September 2020 | 17:29 WIB