Jelang Akhir Tahun, SMF Terus Fokus Perkuat Peningkatan Kapasitas Penyaluran KPR

Press Release / 06 Oct 2017

Bandung 6 Oktober 2017 – PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF terus melakukan upaya peningkatan kapasitas penyaluran KPR untuk mendukung Program Sejuta Rumah yang dicanangkan oleh Pemerintah. Upaya tersebut dilakukan baik melalui program sekuritisasi, pembiayaan, penerbitan obligasi, dan pelatihan, hingga menjaring dukungan lembaga internasional.

Direktur SMF, Heliantopo mengatakan bahwa sesuai dengan program kerja Perseroan di tahun ini, Program Pembiayaan terus dilakukan dengan memperluas pembiayaan kepada Bank Pembangunan Daerah atau BPD, khususnya di Indonesia tengah dan timur.

“Hingga saat kami telah bekerja sama dengan 23 Bank BPD, diantaranya 11 BPD telah melakukan transaksi pembiayaan, tercatat 23 BPD yang telah mengikuti program pelatihan KPR SMF, baik berupa pelatihan KPR kolektif maupun ekslusif di masing-masing BPD.

Selain itu untuk mendorong penyaluran KPR di daerah, SMF juga telah menyusun dan menyerahkan Standard Operating Procedure (SOP) KPR BPD SMF, dan SOP Kredit Modal Kerja – Konstruksi Perumahan SMF (KMK – KP  SMF), bekerjasama dengan Kementerian PUPR dan Asosiasi Bank Daerah (Asbanda),” kata Heliantopo, dalam kegiatan Media Gathering SMF, di Rancabali Bandung, Jum’at (6/10).

Lebih lanjut Heliantopo mengatakan bahwa untuk mendukung ketersediaan dana jangka panjang dalam hal pembiayaan KPR, SMF telah melakukan penerbitan obligasi senilai Rp1 triliun dengan rating IdAAA dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Obligasi Berkelanjutan IV tahap II Tahun 2017 dengan tingkat bunga tetap tersebut merupakan bagian dari Obligasi Berkelanjutan IV SMF dengan target dana yang dihimpun senilai Rp 12 triliun.

Adapun Obligasi yang terbitkan tersebut terdiri dari dua seri, yaitu Seri A dengan jumlah obligasi yang ditawarkan sebesar Rp 327 miliar, dengan tingkat bunga tetap sebesar 6,25%, dengan jangka waktu 370 hari sejak tanggal emisi. Sedangkan untuk Seri B jumlah obligasi yang ditawarkan sebesar Rp673 miliar, dengan jangka waktu 3 tahun  sejak tanggal emisi

“Penerbitan obligasi merupakan upaya dari SMF dalam memenuhi perannya sebagai penyedia likuiditas jangka panjang bagi penyalur KPR. Hal tersebut merupakan bentuk dukungan SMF untuk ketersediaan hunian yang layak dan terjangkau bagi masyarakat Indonesia,” jelas Heliantopo.

Sementara itu terkait pengembangan produk, Heliantopo mengatakan bahwa SMF kini tengah dalam persiapan proses merealisasikan transaksi Sekuritisasi Syariah, dengan menggunakan skema Efek Bergun Aset Syariah Berbentuk Surat Partisipasi (EBAS-SP). Saat ini EBAS-SP masih dalam proses pembahasan bersama dengan Dewan Syariah Nasional (DSN), Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan calon kreditur asal yang akan menerbitkan EBAS-SP.

Sebelumnya, SMF telah menandatangani nota kerjasama dengan BTN Syariah terkait kajian Pengembangan EBAS-SP pada tanggal 30 Mei 2017 dalam rangka percepatan transaksi sekuritisasi syariah.

Untuk mengembangkan Pasar Pembiayaan Sekunder Perumahan di Indonensia, SMF juga menjalin kerjasama dengan beberapa perusahaan pembiayan sekunder di Asia, seperti KHFC (Korea Housing Finance Corporation) dan JHF (Japan Housing Agency).

SMF  juga menjadi tuan rumah Kegiatan  Asia Fixed Income Summit (AFIS) ke-4, yang digelar pada tanggal 7 September 2017 di Nusa Dua, Bali. Pertemuan ini dihadiri oleh lebih dari 300 orang peserta  baik dari dalam dan luar negeri. Hadir dalam pertemuan ini delegasi dari anggota Asian Secondary Mortgage Market Association (ASMMA) yaitu Jepang, Korea, Malaysia, Thailand, Filipina, Mongolia, dan Indonesia. Peserta lainnya yang hadir berasal dari Otoritas Jasa Keuangan, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, serta investor seperti dana pensiun, perusahaan asuransi, dan perusahaan asset management.

Dengan mengusung tema “Asia, Investment Destination”summit tersebut mencoba menegaskan bahwa pasar modal Asia telah berkembang dengan pesat, banyak produk investasi yang dapat dimanfaatkan oleh investor. Khusus Indonesia, disematkannya rating investment grade kepada Indonesia tentunya akan meningkatkan kepercayaan investor untuk berinvestasi di Indonesia.

Sebagai bagian dari ASMMA, SMF menggelar summit tersebut untuk mempersiapkan negara-negara di kawasan Asia untuk menjadi target investasi bagi investor pasar fixed income. Selain itu, Summit ini juga menjadi sarana bertukar info dan pikiran terkait isu-isu terkini dalam perekonomian global, Asia dan di pasar fixed income di Asia. Dan yang tidak kalah penting adalah bagaimana kita dapat bersama-sama memperkuat peran Perusahaan Pembiayaan Sekunder Perumahan dalam menghubungkan negara-negara di kawasan Asia melalui kegiatan pembiayaan dan pendanaan di pasar modal.

Pada kesempatan yang sama, pada 8 September 2017, SMF juga menjadi tuan rumah pelaksanaan pertemuan anggota ASMMA. Tahun 2017, ini SMF resmi ditunjuk sebagai chairman ASMMA, yang memiliki otoritas untuk mengkoordinasikan seluruh informasi dan kegiatan yang dilakukan oleh anggota ASMMA, termasuk mengelola sarana komunikasi hingga melakukan perencanaan ASMMA tahun berikutnya.

Terkait pertemuan tersebut Direktur SMF,  Trisnadi Yulrisman, mengatakan bahwa dalam lima tahun terakhir pasar fixed income di negara-negara asia rata-rata tumbuh dan berkembang dengan yield yang tipis. Sementara pasar fixed income Indonesia masih tumbuh dengan yield yang lebih tinggi sehingga tentunya akan lebih menarik bagi investor. Disamping itu, potensi pembiayaan perumahan di Indonesia juga masih sangat besar untuk diterbitkannya EBA KPR (Efek Beragun Aset Kredit Pemilkan Rumah), sehingga diharapkan investor tertarik berinvestasi pada efek yang diterbitkan oleh PT. SMF baik berupa Surat Utang Korporasi maupun EBA-SP, baik konvesional maupun syariah.

Sementara itu, terkait peluang bisnis investasi di Kawasan Asia, disebutkan bahwa Pasar Fixed Income Asia masih kuat, terlepas dari ketidakpastian ekonomi global di tahun ini dan masih akan berjalan dengan baik dalam jangka menengah panjang. Pendorong utama meningkatnya obligasi di Asia adalah untuk pencarian imbal hasil dalam kondisi rendahnya suku bunga pada saat ini.

“Di sisi lain, investor juga mencari peningkatan keuntungan dari instrumen investasi lain, yang mana mereka bisa mendapatkan diversifikasi keuntungan yang lebih baik dari aset yang mereka miliki, hal ini juga dikarenakan ekonomi Asia masih cukup kuat. Hal tersebut juga berpengaruh kepada minat dan kepercayaan yang lebih kuat dikalangan investor. Namun, ada hal yang harus-diperhatikan yang dapat mempengaruhi pasar Fixed Income Asia seperti isu politik,” ucap Trisnadi.

SMF sebagai BUMN yang didirikan pada tahun 2005 di bawah Kementerian Keuangan mengemban tugas membangun dan mengembangkan Pasar Pembiayaan Sekunder Perumahan melalui kegiatan sekuritisasi dan pembiayaan. SMF  memilki kontribusi penting dalam menyediakan dana menengah panjang bagi pembiayaan perumahan melalui kegiatan sekuritisasi dan pembiayaan. Dengan demikian, diharapkan malalui penyaluran KPR dapat meningkatkan volume penerbitan KPR, terutama untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).

Melalui kegiatan sekuritisasi dan pembiayaan, sejak awal berdirinya, SMF telah mengalirkan dana dari pasar modal ke Penyalur KPR sampai dengan 30 September 2017 kumulatif mencapai Rp32,64 triliun, terdiri dari sekuritisasi sebesar Rp8,155 triliun dan penyaluran pinjaman sebesar Rp24,488 triliun, dimana dana yang telah dialirkan tersebut telah membiayai 672.109 debitur dari Aceh sampai Papua.

SMF telah melaksanakan 11 kali sekuritisasi dengan nilai Rp8.1 triliun, dan penerbitan surat utang sebanyak 28 kali dengan total Rp18.2 triliun.

Di tahun 2017 ini SMF tengah fokus memperluas kerjasama dengan penyalur KPR baik bank umum, bank syariah, bank daerah, maupun perusahaan pembiayaan di seluruh Indonesia. Untuk pembiayaan KPR, hingga saat ini SMF telah bekerjasama 1 Bank Umum, 6 Bank Syariah, 11 BPD dan 3 Multifinance. Sedangkan untuk penerbitan sekuritisasi SMF telah menjalin kerjasama dengan 2 Bank Umum.