KPR Rumah Second Distop BTN

Press Release / 19 Jul 2008

malangraya.web.id

Rumah second akhir-akhir ini lebih sulit mendapatkan KPR (kredit pemilikan rumah) dibandingkan rumah baru. Itu karena bank penyalur KPR (kredit pemilikan rumah) tidak ingin mengambil risiko lebih besar.

“Risiko membiyai rumah second lebih tinggi dibandingkan rumah baru. Kami malah sudah menyetop pembiayaan rumah second beberapa bulan lalu,” ungkap Kepala Cabang BTN Syariah Maman Kardiman.

Dia mengatakan, kalau pun tetap mengucurkan KPR untuk rumah second sifatnya lebih selektif dengan pemberlakuan DP (down payment) sebesar 50 persen dari harga rumah. Pemberlakuan DP ini lebih besar lagi dibandingkan rumah baru yang hanya 20 persen.

“Permintaan pembiayaan rumah second periode terakhir tutup tahun ini juga tidak terlalu banyak kok. Kalau pun ada, rumah-rumah untuk investasi. Jadi, dari kesiapan finansialnya lebih mendukung. Kebanyakan kalangan menengah ke atas,” katanya.

Fenomena yang terjadi, pembelian rumah second justru dilakukan secara tunai. Langkah bank memperkecil pembiayaan rumah second itu untuk mengantisipasi jika terjadi kredit bermasalah. Sebab pihak bank otomatis langsung bersentuhan dengan user. Berbeda pada rumah baru, dalam hal ini ada pihak pengembang sebagai penanggung jawab ketika terjadi risiko kredit macet.

“Alhamdullilah saat ini, NPL (nonperforming loan) kami 0,5 persen. Artinya, masih jauh dari standar minimal BI,” ungkapnya.

Menatap 2009, kendati situasi perekonomian tidak ada yang bisa memprediksi, namun BTN optimistis bakal lebih baik. Permintaan rumah dalam kondisi apa pun sebenarnya tetap tinggi. Hanya, masyarakat butuh timing saja untuk melakukan transaksi. Terlebih kalau harus memfaatkan fasilitas KPR untuk pembiayaan. Mengingat, 70 persen transaksi rumah menggunakan KPR.

Branch Manager Bank BTN M. Sigit Mintowardono menambahkan, saat terjadi kenaikan suku bunga beberapa bulan lalu memang terjadi penurunan pengajuan KPR. Namun secara prinsip, tak sampai menggoyang pasar ke semua lapisan. Bagi masyarakat yang menjadikan rumah sebagai hunian, begitu kemampuan dirasa memenuhi sudah pasti tidak akan menunda-nunda pembelian.

“Buktinya, per November, kami mencatat pembiayaan sampai Rp 15 miliar. Angka ini memang jauh menurun, tapi kan yang namanya kebutuhan rumah berbeda kebutuhan lain,” ujar Sigit. Pembiayaan rumah second, ucapnya, tak jauh beda yang dilakukan BTN Syariah. Selektivitas pembiayaan demi mengamankan neraca akhir tahun. (hap/war/radarmalang)