Sampai dengan Triwulan III SMF Berhasil Menyalurkan Pinjaman Rp2,18 T

Press Release / 13 Oct 2015

Malang 9 Oktober 2015 – Sampai dengan triwulan III tahun 2015 ini  PT Sarana Multigriya Finansial (Persero)  atau SMF,  telah berhasil menyalurkan pinjaman kepada penyalur KPR sebesar Rp2,18 triliun atau 62% dari target tahun 2015, sehingga secara kumulatif total akumulasi dana yang dialirkan dari pasar modal dari sektor pembiayaan perumahan dari tahun 2006 sampai dengan 30 September 2015 mencapai sebesar Rp18,73  triliun untuk 398.819 debitur KPR,  meningkat 35% dari posisi  30 September 2014 sebesar Rp13,83 triliun.

SMF mencatatkan pendapatan triwulan III tahun 2015 sebesar Rp621 miliar naik 25,46% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp495 miliar.  Pencapaian ini terhitung cukup baik, mengingat kondisi pasar di tahun 2015 yang belum bergairah masih terimbas dari kondisi pasar yang volatile, serta kurs mata uang yang tidak stabil.

Direktur Utama SMF, Raharjo Adisusanto mengaku optimis pembiayaan akan kian meningkat dengan digulirkannya program subsidi Selisih Suku Bunga (SSB) ke depan yang dapat memacu pembiayaan perumahan. “Potensi meningkatnya pembiayaan dengan adanya program subsidi selisih bunga ini dikarenakan pemerintah hanya mengeluarkan subsidi sebesar Rp220 miliar dibandingkan dengan Rp5,1 triiun dari pogram FLPP,” kata Raharjo Adisusanto.

Sejatinya SSB merupakan program baru dari pemerintah, yang merupakan lanjutan dari program-program FLPP (Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan). Dengan program ini nantinya bank mencari sendiri sumber dana dengan tingkat pasar, dan pemerintah memberikan subsidi kurang lebih sebesar 7%.

SMF terus berupaya meningkatkan penyaluran pinjaman pada Bank Pembangunan Daerah, maupun Perusahaan Multifinance, selain perbankan konvensional melalui pendanaan dari pasar modal. SMF juga berupaya meningkatkan edukasi kepada perbankan untuk melakukan sekuritisasi agar perbankan dapat mengurangi risiko likuiditas dan perubahan tingkat suku bunga atas KPR, akibat adanya maturity mismatch. Melalui sekuritisasi, debitur akan memperoleh pembiayaan dengan pendanaan jangka panjang dari pasar modal sehingga maturity mismatch  tersebut dapat diminimalisir.

Kegiatan yang dilakukan SMF tersebut diharapkan secara bertahap mampu menciptakan mekanisme pasar yang dapat menurunkan tingkat suku bunga KPR sehingga memungkinkan kepemilikan rumah menjadi terjangkau bagi setiap keluarga Indonesia.

Kedepannya SMF akan terus berupaya meningkatkan jalinan kerjasama dengan BPD. Tiga BPD kini tengah menjalin kerjasama dengan SMF, dua diantanya yakni BPD Bali dan Jateng yang sudah melakukan MoU, dan BPD Kalbar yang sudah mencairkan pinjaman dari SMF.

Potensi penyaluran pembiayaan sekunder perumahan kepada BPD ini masih besar di daerah masing masing. Raharjo Adisusanto mengatakan sudah ada BPD yang bermain di KPR, tapi umumnya BPD yang memiliki program KPR ini masih kurang.

“Bentuk kredit BPD saat ini masih kredit multi guna, kami berusaha memberikan likuiditas kepada BPD agar memperbesar penyaluran KPR di daerah,” terang Raharjo.

Lebih lanjut ia menuturkan bahwa dengan adanya perubahan aturan terutama mengenai pemisahan KPR dari KMG, dalam rangka program pembangunan “Sejuta Rumah” untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), BPD mempunyai peran plus di daerah dalam menyalurkan KPR.

Sedianya masyarakat menengah ke bawah memerlukan angsuran yang terjangkau dengan jumlah yang tetap. Hal tersebut menurut Raharjo dapat dicapai dengan dua hal, yakni dengan menggunakan dana jangka panjang, sehingga tenor pinjaman menjadi panjang. Kedua, tingkat suku bunganya tetap sehingga angsurannya tetap (tidak bertambah). Menurutnya disinilah SMF menunjukkan kontribusinya sebagai BUMN pembiayaan sekunder perumahan dengan memberikan pinjaman Bunga Tetap Jangka Panjang (BTJP).